KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ANEMIA PADA KEHAMILAN”. Dalam makalah ini penulis merangkum apa
itu depresi postpartum dan tanda gejala
nya. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis
memiliki banyak keterbatasan ,sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau
kekeliruan dengan hati terbuka penulis menerima salam dan kritik yang
membangun.
Akhirnya
,penulis ucapkan selamat membaca,semoga kita dapat memanfaatkan makalah ini
bersama-sama,dengan dasar itikad yang baik untuk mengimplementasikannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Padang, 31 Maret 2012
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan .................................................................................................. 1
Bab II : Pembahasan ..................................................................................................... 3
Bab III : Manajement Varney ........................................................................................ 20
Bab IV : Penutup ............................................................................................................ 26
Daftar Pustaka
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana
tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun
rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil
sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara
maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing,
sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan
tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia
pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana
dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada
biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi,
dengan angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia
gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang
– kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal
yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai
hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk
membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan
curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan
fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil,
kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak
ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80%
kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias,
1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia
sel sabit dan talasemia.
B.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi
ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan sehingga dapat menekan
terjadinya komplikasi lebih lanjut
b.
Tujuan Khusus
·
Mengetahui
apa itu anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui
tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui
epidemiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui
etiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui
patofisiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui
klasifikasi anemi dalam kehamilan
·
Mengetahui
penatalaksanaan anemia dalam kehamilan
C.
MANFAAT
·
Bagi
Mahasiswa
Makalah
ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
·
Bagi
Petugas Kesehatan
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb
< 11,00 gr% Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada
trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena
hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika
hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil
adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian
khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan.
Baik di negara maju
maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar
Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari
6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil
mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka –
angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat
pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan
hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan
akhir.
B.
EPIDEMIOLOGI ANEMIA
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan
2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1%
(Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi
dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum
kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa
cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun
2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03%
(tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008).
Frekuensi timbulnya anemia dalam kehamilan
tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7
g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl
pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
Karakter Trias Epidemiologi
1) Host
Faktor host (pejamu) dalam kasus
anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari:
a. Umur
Semakin
muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini didukung
oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki
prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35
tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena
pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika
hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada
riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan
pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang.
b. Kelompok etnik
Berdasarkan
penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam memiliki
risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini
juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi
c. Keadaan Fisiologis
Keadaan
fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan volume
plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang
lebih banyak untuk eritropoesis.
d. Keadaan imunologis
Keadaan
imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan dengan
proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal
ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari
seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel
darah merah.
e. Kebiasaan
Kebiasaan
ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya adekuat
atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain
itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan
kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil.
Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang
merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia.
f. Sosial ekonomis
Faktor
sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan.
Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan
kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki
pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan
informasi mengenai anemia pada kehamilan.
g. Faktor kandungan dan kondisi/
riwayat kesehatan
Faktor
kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan.
Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang
tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk
terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi
atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit
diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai
riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil
(Omoniyi, Stayhorn, 2005).
2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a. Unsur gizi
Terjadinya
anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat
dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe
yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
b. Kimia dari dalam dan luar
Anemia
pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat.
Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan
sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan
eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).
c. Faktor faali/ fisiologis
Faktor
fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan
peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal
tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.
3) Lingkungan
Dari
ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi.
Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi
yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya
secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.
Jika
lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia
kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi
akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang
adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.
C. PATOGENESA ANEMIA PADA KEHAMILAN
Riwayat alamiah penyakit merupakan
gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau
kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik
(CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi
antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan
terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber
penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan
faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis,
kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%,
eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan
tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah
(hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada
pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi
dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan
setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh
agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil
dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan
zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester
3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada
ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan
sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak
tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten)
dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia seperti
cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih
hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan
hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir
apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam
Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus
dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan
prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR,
mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan
menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .
Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis
Tahap prepathogenesis adalah tahap
sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel
dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia
terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume
plasma tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin.
Selain itu, dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya
cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk
eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam Amiruddin et al, 2007).
Jika total zat besi dalam tubuh
menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang menurun, maka akan terjadi penurunan
zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan sumsum tulang belakang.
Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam plasma padahal
suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal ini
mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga
terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al,
2007). Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya adalah anemia
megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam
anemia makrositik dimana anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau
vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran
eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/
kronis (Basu, 2010).
Jika sebab-sebab di atas terjadi
pada ibu hamil secara beriringan maka akan menimbulkan manifestasi klinis
anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut
dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan,
kecacatan atau kematian.
Kemudian tahap patogenesis berakhir
pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan kematian. Jika timbul kesakitan atau
kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya, janinnya, persalinannya dan bayi
nantinya.
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester ke II kehamilan,dan maksimum
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurunsedikit
menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
D. PENCEGAHAN DAN PERAN PERAWAT DALAM
PENCEGAHAN
Anemia dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbangdengan asupan
zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapatdiperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung,
buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat
pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada
makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosisrendah 30 mg pada
trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl),sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi
dapat diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau
untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari.
Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan.
Dimana tahap pencegahan tediri dari tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada
fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi penyakit sebelum
dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau
menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu
hamil ini, bidan
komunitas dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition
education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi
atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada
saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara
mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan
posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga,
sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi
ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan
kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung
perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan
sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu
mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit
atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah
sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti
pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau
tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau
berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan
hal tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil
tersebut.
Dalam
hal ini, bidan
dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor, edukator,
motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan
kejadian anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat
untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia tersebut.
Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan kolaborator
dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil
ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat
memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya
tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk
dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di wilayahnya.
3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk
untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh
pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar
hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar
hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap
mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver,
edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.
E. GEJALA
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
·
Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
·
Nafsu makan turun (anoreksia), mual,
muntah
·
Konsentrasi hilang,
·
Nafas pendek (pada anemia parah)
·
Keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda.
·
Keletihan, malaise, atau mudah
megantuk
·
Pusing atau kelemahan
·
Sakit kepala
·
Lesi pada mulut dan lidah
·
Kulit pucat
·
Mukosa membrane atau kunjung tiva
pucat
·
Dasar kuku pucat
·
Takikardi
·
perubahan jaringan
epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular
·
disphagia
dan pembesaran kelenjar limpa.
F. ETIOLOGI
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
·
Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12
·
Kemampuan perombakan sel darah merah yang terlalu cepat
·
Malabsorpsi
·
Kehilangan darah banyak seperti
persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
·
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC
paru, cacing usus, malaria,
G. DIAGNOSA ANEMIA KEHAMILAN
Penegakan DX pada kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah,
sering pusing–pusing, mata berkunang –kunang, dan muntah lebih sering dan hebat
pada kehamilan muda.
Pada pemeriksaan
umum didapatkan tekanan daran ibu rendah jumlah plasma darah lebih banyak dari
eritrosit sehingga darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung
lebih meningkat untuk membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta
transportasi ke dalam rahim
Pada
pemeriksaan inspeksi, diperoleh data kalau konjungtiva ibu pucat, telapak
tangan pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena darah ibu tidak mencukupi
sampai kebagia-bagian ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu,
karena kurangnya nutrisi untuk beraktivitas.
Sedangkan pemeriksaan HB dan
pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan alat Hb
sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat digolongkan sebagai
berikut :
·
HB 11 gr % Tidak anemia
·
9 – 10 gr % Anemia ringan
·
7 – 8 gr % Anemia sedang
·
< 7 gr % Anemia berat
H. JENIS-JENIS ANEMIA
Banyak
faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :
a.
komponen (bahan) yang berasal dari makanan
·
Protein, glukosa, lemak
·
Vitamin B12, asam falat, Vit C
·
Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink
b.
Sum-sum tulang
c.
Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan
d.
Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari.
Sel – sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku
untuk membentuk sel darah yang baru.
e.
Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)
·
Menstruasi
·
Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti
mioma uteri,
Polip Serviks, penyakit darah.
Polip Serviks, penyakit darah.
Berdasarkan
atas faktor – faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :
1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah
anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang
masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan
terlalu banyaknya zat besi.
Morfologi terdiri dari SDM
hipokrom mikrositik. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi
meningkat. Merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini
disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan resorpsi,
ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya
besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah
dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita hamil 17
mg
2. Anemia Megaloblastik (kejadian
29,00%)
Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai
dengan penurunan jumlah SDM (sel darah merah) dan hipokrom makrositik Anemia
megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Umumnya
terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia
megaloblastik saja
3.
Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia
pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali
sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4.
Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia
yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat,
yaitu penyakit malaria.
Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan
diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD,
yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh
SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan
Mediterania. Kejadiannya Dua persen dari semua wanita keturunan
Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
penyebabnya Infeksi dan
beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM
yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
5.
Anemia
Pernisiosa
Anemia
pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12
tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal. Kasus ini jarang dijumpai pada
individu dibawah usia 35 tahun.
6.
Anemia Sel
Sabit
Pada sifat (trait)
sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali
pada keadaan deprivasi oksigen berat. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah
Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas
penyakit ini tinggi. Kejadiannya Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa
sifat sel sabit. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
I.
PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN
JANIN.
a.
Bahaya selama kehamilan
·
Persalinan Prematur
·
Mudah terjadinya Infeksi
·
Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
·
Hiperemesis Gravidarum
·
Perdarahan Antepartum
·
KPD ( Ketuban Pecah Dini )
b.
Bahaya saat persalinan
·
Gangguan his kekuatan mengejan
·
Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
·
Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
·
Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
karena Atonnia Uteri
·
Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri
dan Atonia Uteri
c.
Bahaya pada saat Nifas
·
Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
·
Memudahkan infeksi Puerpurium
·
Berkurangnya pengeluaran ASI
·
Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin
·
Memudahkan terjadi Infeksi mamae
d.
Pengaruh Anemia Terhadap Janin
Meskipun janin mampu menyerap
berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :
·
Abortus
·
Kematian Interauterin
·
Persalinan Prematuritas tinggi
·
BBLR
·
Kelahiran dengan anemia
·
Terjadi cacat kongenital
·
Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
·
Intelegensi yang rendah
·
Kekuranganenergi dalam asupan makanan yang dikonsumsi
menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu
hamil yaitu sekitar 11 - 14kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan
protein yang dipecah menjadienergi
J.
KEBUTUHAN ZAT BESI PADA WANITA HAMIL
Wanita
memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan
pada wanita dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg. Pada saat kehamilan memerlukan
tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel darah
merah pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka
akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
·
Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe
·
Terdapat dalam placenta 300 mg Fe
·
Untuk darah janin 100 mg Fe + Jumlah 900 mg Fe
Jika persediaan Fe minimal, maka
disetiap kehamilan akan menguras Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif mengalami anemia
dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan meningkatkan
volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34 minggu. Jumlah pertambahan sel darah 18
% - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil sekitar 11 gr maka dengan
terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan HB Ibu akan
turun menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya
Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi kurang lebih 900 mg dari
perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu memerlukan
kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana
dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.
K.
PENGOBATAN ANEMIA
1. Anemiadefisiensi Zat Besi
Penatalaksaan :
a.
Skrining rutin
· Pada
kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah
sebelumnya.
· Minta hitung
darah lengkap pada kunjungaan awal.
· Diskusikan
pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
· Periksa
ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
b.
Terapi anemia:
· Terapi oral
ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
· Bila Hb
<10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a)
Berikan konseling gizi.
· Tinjau diet
pasien.
· Diskusikan
sumber-sumber zat besi dalam diet.
· Berikan
kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
· Rujuk ke
ahli gizi.
b)
Sarankan suplemen zat besi sebagai
tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat kehamilan adalah 60 mg
unsure zat besi.
· Tablet zat
besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
· Minum 1-3
tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
· Zat besi
diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan
atau 2 jam sesudahnya.
· Vitamin C
membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C
atau tablet vitamin C.
· Antasid dan
produk susu dapat mengganggu absorbs zat bes
· Lebih baik
mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi
sama sekali.
c)
Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27%
pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut panduan terapi
anemia.
· Bila kadar
Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan
IV atau heparin lock saat persalinan.
· Pemberian
preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping
pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero
bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
· Kini program
nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk profilaksis
anemia.
· Pemberian
preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih
cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi
besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek
samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis
0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
2.
Anemia Megaloblastik.
Penatalaksanaan
a)
Suplemen
·
Vitamin prenatal yang mengandung
asam folat dan zat besi
·
Satu sampai dua milligram asam folat
per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.
·
Suplemen zat besi, dengan
pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa anemia defisiensi
zat besi.
b)
Konseling gizi
·
Kaji diet pasien
·
Rekomendasikan sumber-sumber asam
folat dalam diet
·
Rujuk ke ahli gizi
c)
Hitung darah lengkap
·
Ulangi hitung darah lengkap dalam 1
bulan.
·
Perhatikan adanya peningkatan hitung
retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung
Hb dan Ht.
3.
Anemia hemolitik
didapat (acquired hemolytic anemia)
Penatalaksanaan
a)
Skrining: Pasien keturunan
Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami infeksi saluran kemih
(ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b)
Terapi
·
Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
·
Berikan daftar obat-obatan yang
perlu dihindari.
·
Bila pasien hamil, lakukan kultur
dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan.
·
Konsultasikan dengan dokter bila
pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat.
4.
Anemia:
Pernisiosa
Penatalaksanaan
a)
Kaji diet pasien terhadap produk
hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin B12 berikan
konseling gizi.
b)
Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12
parenteral per IM setiap bulan.
c)
Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d)
Ulangi hitung sel darah lengkap
dalam 1 bulan.
·
Kondisinya membaik bila
o
Morfologi normal
o
Kadar Ht meningkat
·
Bila tidak ada perubahan,
konsultasikan ke dokter.
5. Anemia Sel Sabit
Penatalaksanaan
a.
Programkan skrining sel sabit pada
semua pasien Afrika-Amerika:
·
Bila uji negatif, kedua gen normal
dan tidak ada masalah.
·
Bila uji positif, minta pemeriksaan
elektroforesis hemoglobin.
·
Bila gen homozigot,pasien dianggap
beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
·
Bila gen heterozigot, pasien
dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama kehamilan dan
persalinan.
b.
Pertimbangkan kultur dan
sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama kehamilan.
c.
Beri konseling kepada pasien:
·
Jelaskan kepada pasien mengenai
sifat sel sabit yang dibawanya.
·
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila
gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya menderita penyakit ini.
·
Rujuk pasien untuk konseling genetik
bila perlu.
BAB III
MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
Langkah I : Pengkajian
A.
Data Subjektif
1.
Biodata atau identitas klien pasien
Yang perlu
dikaji : nama,
umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. Hal ini diperlukan untuk
mengenal pasien dan membedakan antara satu pasien dengan pasien lain.
2. Keluhan
utama
·
Ibu mengeluh cepat lelah karena kebutuhan nutrisi ibu untuk melakukan aktifitas tidak mencukupi
·
Sering pusing, konsentrasi hilang, mata
berkunang-kunang, malaise disebabkan karena kerja jantung yang meningkat untuk memompa darah keotak
karna otak kekurangan oksigen
·
Nafsu makan turun (anoreksia) karena ibu kekurangan asam folat sehingga menyebabkan ibu penurunan nafsu
makan
·
Nafas pendek (pada anemia parah)
·
Keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda
3. Riwayat
Pernikahan
Kehamilan
muda : Usia
dapat mempengaruhi kebutuhan makanan pada wanita, seseorang yang masih berada
di usia yang muda akan membutuhkan makanan bergizi untuk pertumbuhannya
sendiri. Apalagi jika di iringi dengan kehamilan, kebutuhan makanan bergizi
akan semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kebutuhan janin.
4. Riwayat
Menstruasi
Yang
dinyatakan adalah HPHT untuk menentukan tafsiran persalinan, siklus, banyak,
bau, warna, dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat haid pertama
kali.
Banyak darah
haid ibu saat menstruasi : karena apabila
ibu selalu mengalami pengeluaran yang banyak saat menstruasi, kemungkinan ibu
akan mengalami anemia jika konsumsi makanan yang bergizi ibu kurang.
Siklus
menstruasi : Apabila siklus menstruasi ibu tidak lancar, berkemungkinan
kebutuhan nutrisi ibu kurang terpenuhi, karena salah satu yang mempengaruhi
lancarnya menstruasi adalah pemenuhan gizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar