DEFINISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan
akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang
mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30
tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu
Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih
tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh
karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
Kehamilan ektopik adalah terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karma kehamilan pada pars interstisialis tubah
dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat
ektopik. Apabila
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan
ektopik terganggu(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
INSIDEN
Kejadian hamil ektopik tidak dapat
disamakan karena sangat tergantung pada perilaku dan budaya masyarakat. Pada
masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual
bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin meningkat. Kejadian
infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil ektopik
,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak endometrium
dan sel siliaris sehingga mengganggu transportasi spermatozoa,ovum,dan hasil
konsepsi.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak
diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi
sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a)
Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
b)
SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal
antara 24-34 tahun)
c)
Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara
26-35 tahun)
Berkaitan dengan lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan
sebagai berikut:
·
Tuba fallopi 98%
Ø Ampula tuba 93%
Ø Isthmus tuba 4%
Ø Interstisial tua 2%
·
Kehamilan ektopik servikal 0,1%
·
Kehamilan ovarial 0,5%
·
Kehamilan abdominal 0,03%
·
Kehamilan interstisial 0,01%
ETIOLOGI
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan
sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi
faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
- Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran telur.
- Riwayat operasi tuba.
- Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
- Kehamilan ektopik sebelumnya.
- Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
- Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
- Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
- Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
- Abortus buatan.
- Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
- Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
- Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
- Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)
KLASIFIKASI
a. KEHAMILAN SERVIKAL
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam
selaput lender servik. Dengan tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada
implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan
terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar,
perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan
tindakan histerektomi total.
b. KEHAMILAN OVARIAL
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada
hamil muda. Untuk mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari
spiegelberg.
Kehamilan
ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :
1.
tuba pada sisi kehamilan harus normal
2.
kantung janin harus terletak dalam ovarium
3.
kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4.
jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena
umumnya telah terjadi kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang
luas, dan perdarahan menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan
implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.
c. KEHAMILAN TUBA
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan
(Amerika). Kejadian dipengaruhi oleh factor social : mungkin karena pada
golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan
berobat kurang. Ovum yang dibuahi dapat berkembang disetiap bagian oviduktus
yang menyebabkan kehamilan tuba di ampula,ismus,atau interstisium. Ampula
adalah tempat tersering kehamilan tuba,sedangkan kehamilan interstisium
terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi tuba.
Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:
·
Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
·
Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)
·
Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis tubae)
·
Kehamilan infundibulum tuba
·
Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder
d.
KEHAMILAN INTERSTISIAL
Implantasi telur terjadi dalam
pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium disini lebih tebal maka
ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4.
Kalau terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena
tempat ini banyak pembuluh darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat
menyebabkan kematian.
e.
KEHAMILAN ABDOMINAL PRIMER
Dimana telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut dengan cirri-ciri tuba dan ovarium normal,tidak
terdapat fistula utero-plasenter,dan implantasi umumnya di sekitar uterus dan
CD.
f.
HAMIL ABDOMINAL SEKUNDER
Yang asalnya kehamilan tuba dan
setelah rupture,ekspulsi dari ostium tuba eksternumnya dan ekspulsi dari
fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan abdominal. Biasanya plasenta
terdapat pada daerah tuba,permukaan belakang rahim dan ligamentum latum. Ada
kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur cukup bulan,tapi hal ini
jarang terjadi,yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum mencapai maturitas
(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
Menurut lokasinya,kehamilan ektopik sebenarnya
banyak klasifikasi dan dapat dibagi dalam beberapa golongan:
a)
Tuba fallopi: pars
interstisialis,isthmus,ampulla,infundibulum,fimbria.
b)
Uterus: kanalis
servikalis,divertikulum,koruna,tanduk rudimenter.
c)
Ovarium
d)
Intraligamenter
e)
Abdominal: primer,sekunder
f)
Kombinasi kehamilan dalam dan luar
uterus
Namun
diantara kehamilan-kehamilan ektopik,yang terbanyak ialah yang terjadi di tuba
(90%) khususnya di ampula dan isthmus.
KLASIFIKASI BERDASARKAN DIAGNOSIS
1) Kehamilan ektopik belum terganggu
a. Kehamilan ektopik belum terganggu
sulit diketahui,karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.
b. Amenorea atau gangguan haid
dilaporkan oleh 75%-95% penderita. Tanda-kehamilan muda seperti nausea hanya
dilaporkan oleh 10%-25% kasus.
c. Disamping gangguan haid,keluhan yang
paling sering disampaikan ialah nyeri diperut bawah yang tidak khas,walaupun
kehamilan ektopik belum mengalami rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih harus
dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti Ultrasonografi dan
Laparoskopi.
d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa
setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau rupture yang
disertai perdarahan dalam rongga perut yang apabila terlambat diatasi akan
membahayakan jiwa penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan
lebih-lebih setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus
ditangani dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostic yang
ada,sampai diperoleh kepastian diagnostic kehamilan ektopik.
2) Kehamilan ektopik terganggu
a. Diagnosis kehamilan ektopik
terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering
disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi
gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat
terjadi perdarahan pervaginam.
b. Yang menonjol ialah penderita tampak
kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta
perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik
yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri raba.
c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi
pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid
tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut
tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat
terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung
lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk
memastikan diagnosis.
3) Kehamilan ektopik lanjut
Yaitu kehamilan ektopik diman janin
dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari
plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,misalnya
ligamentum latum,uterus,dasar panggul,usu,dan sebagainya.
TANDA DAN GEJALA
a) Ada riwayat terlambat haid atau
amenorrhea dan gejala kehamilan muda.
b) Perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya
c) Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopi terganggu.
Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai shock.
d) Perdarahan pervaginam berwarna cokelat tua
e)
Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang
bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena
ada bekuan darah
f)
Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung
beratnya perdarahan yang terjadi.
g) Level HCG rendah
h) Pembesaran uterus: pada kehamilan
ektopik uterus membesar.
i)
Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar
kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut
Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik
- Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering
- Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
- Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)
- Terjadinya denyut nadi yang meningkat
- Shock karena hypovoluemia.
- Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik
terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada
suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini
yaitu :
- Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
- Kemungkinan
ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba dan faktor utama yang menyebabkan rupture ialah
penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
perineum.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal. - Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
4. Karena tuba bukan tempat untuk
pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam
uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10
minggu.
5. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi
pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
6. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum
yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
DIAGNOSA
Walaupun
diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain
dengan inspeksi,palpasi.
a) Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat
terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
b) Pemeriksaan umum : keadaan umum dan
tanda vital dapat baik sampai buruk. Penderita tampak kesakitan dan pucat: Pada
jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri
tekan pemeriksaan fisis
c) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya
tumor di daerah adneksa.
d) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik,
yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut,
yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
e) Pemeriksaan ginekologis : perdarahan
dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba,
maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus
dengan batas yang sukar ditentukan,seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri.
f) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan
laparotomi
g) Pemeriksaan Penunjang
Ø Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. Pemeriksaan
hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis
kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut.
Ø Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini
amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Ø Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam
diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan
kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin. Dan
dapat dinilai kavum uteri,kosong atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam
kavum uteri,adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri,adanya massa komplek
di rongga panggul.
Ø Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic
terakhir untuk kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata
sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian
dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan
transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah
sakit.
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera
lakukan persiapan untuk tindakan operatif laparatomi
b. Ketersediaan darah pengganti bukan
menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus
dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan
segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml
dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama
tindakan berlangsung)
d. Pastikan darah yang dihisap dari
rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
e. Saring darah yang tertampung dengan
kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah
tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan
bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
f. Transfusikan darah melalui selang
transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
g. Tindakan dapat berupa :
Ø Parsial salpingektomi yaitu
melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.
Ø Salpingostomi (hanya dilakukan
sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih
ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti
dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan
yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
h. Mengingat kehamilan ektopik
berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses
infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan
spektrum yang luas.
i.
Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
Ø Ketoprofen 100 mg supositoria.
Ø Tramadol 200 mg IV.
Ø Pethidin 50 mg IV (siapkan anti
dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
Ø Atasi anemia dengan tablet besi (SF)
600 mg per hari.
j.
Konseling pasca tindakan
Ø lanjutan fungsi reproduksi.
Ø Resiko hamil ektopik ulangan.
Ø Kontrasepsi yang sesuai.
Ø Asuhan mandiri selama dirumah.
Ø Jadwal kunjungan ulang
k.
Criteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
Ø Kehamilan di pars ampullaris tuba
belum pecah
Ø Diameter kantong gestasi ≤ 4cm
Ø Perdarahan dalam rongga perut kurang
dari 100 ml
Ø Tanda vital baik dan stabil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar